Sedikit
cerita masa lalu saya, ketika saya SMA sekitar hampir tiga tahun yang lalu,
saya berpikir masuk perguruan tinggi itu suatu hal yang asing, bingung harus
memilih perguruan tinggi mana?, mau ambil jurusan apa? Nanti jadi apa? Apa
nikah aja ya? (haha calon aja gaada, masih bocah malah mikirin nikah). Seperti
kita ketahui, banyak sekali universitas yang ada di Indonesia, baik negeri
maupun swasta, tidak sedikit pula universitas favorit yang dipilih oleh calon
mahasiswa. Di tengah kebingungan sayapun berpikir ingin menjadi seorang
psikolog, saya ingin mengerti perasaan orang lain dengan tepat, saya ingin bisa
membaca arti gerak tubuh orang lain dan lain sebagainya, semua itu asumsi awal
saya tentang ilmu psikologi.
Dulu
jalur masuk perguruan tinggi yang saya lalui ada tiga tahapan yang pertama
dengan jalur undangan dengan nilai raport
atau sering kita sebut SNM-PTN, kemudian jalur ujian bersama yang dilakukan
serentak seluruh Indonesia yang biasa disebut SBM-PTN dan terakhir jalur ujian
mandiri di kampus yang di pilih atau sering disebut UMB-PTN. Setelah jalur
SNM-PTN dan SBM-PTN saya lalui ternyata saya belum juga diterima di universitas
dan jurusan yang saya inginkan. Kemudian saya mencoba untuk daftar ujian masuk
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berlokasi di Serang-Banten lewat jalur
UMB-PTN. Awalnya saya bingung mau ambil jurusan apa karena disini tidak ada
jurusan seperti yang saya inginkan, kemudian saya tertarik ketika melihat
jurusan Bimbingan & Konseling (BK) dan Pendidikan Sosiologi. Sayapun
mencoba mengikuti ujian tes masuk. Setelah diterima di jurusan BK saya kembali
bingung. Bagaimana jadi guru BK nanti? Guru BK identik dengan hukum-menghukum
siswa bermasalah?, apa saya bisa menjalani masa perkuliahan dengan baik
sedangkan ini bukan harapan saya di awal? dan sekelibat pertanayaan lainnya
yang belum saya fahami. Kemudian saya berpikir untuk maju menghadapinya dan
mencari tahu sendiri.
Tidak
sedikit calon mahasiswa yang merasakan apa yang telah saya lalui, merasa tidak
cocok dengan jurusan yang terlanjur diambil, merasa kecewa karena tidak
mendapatkan perguruan tinggi atau jurusan seperti yang diharapkan, merasa takut
untuk menghadapi hal-hal yang tak sesuai harapan. Namun kenapa kita harus
khawatir dengan apa yang telah kita peroleh? Bukankah Allah Tuhan yang Maha
adil? Allah pasti punya rencana dibalik setiap ketetapannya dan Allah akan
selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya jika kita telah berusaha
berikhtiar dan berdoa, sesuai firman Allah yang artinya:
“Mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS.
An-Nisa’: 19).
Kemudian
mengapa harus khawatir tentang ketetapan Allah? Boleh jadi kjita tidak
menyukainya padahal itu baik untuk kita atau boleh saja sesuatu yang kita sukai
padahal buruk bagi kita sesuai firman Allah yang artinya:
“Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Jadi jalani saja apa yang
telah Allah tentukan karena sebelumnya kita telah berdo’a dan berikhtiar kepada
Allah. Dan yakini apa yang terjadi sekarang adalah ketetapan yang Allah
tentukan untuk kebaikan kita. Jangan terlalu larut karena kekecewaan dari
harapan sesungguhnya Allah lebih tau segala sesuatu daripada diri kita sendiri.
Dibandingkan
kita merenungi kekecewaan karena harapan yang tak tercapai lebih baik kita melihat sekeliling kita.
Masih banyak siswa yang belum punya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan,
masih banyak siswa yang tidak diterima di jurusan dan universitas yang kita
dapatkan. Jalani sesuai rencana Allah, berikan yang terbaik untuk membanggakan
orangtua, cari pengalaman baru, ilmu baru, teman baru dan bersyukurlah karena
kamu masih diberi kesempatan yang belum tentu semua orang dapatkan.
Wallahu’alam bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar