Analisis
cerita: Teater ini diperankan oleh satu orang aktor bernama Dedi Warsana yang
memerankan beberapa tokoh sekaligus karena teater ini termasuk jenis teater
monolog. Dalam teater ini diceritakan bahwa ada seorang raja Thebes bernama Laius
yang memiliki istri bernama Lokasta. Seorang peramal berkata pada mereka, bahwa
telah diramalkan akan terjadi sesuatu yang sangat buruk jika mereka memiliki
anak. Ramalannya adalah Laius akan dibunuh oleh anaknya sendiri dan Lokasta akan
dinikahi oleh anaknya sendiri.
Singkat
cerita, suatu hari ternyata Lokasta mengandung seorang anak laki-laki, setelah
anak itu dilahirkan Laius sang ayah memerintahkan agar seseorang membuang anak
tersebut karena teringat dan ketakutan akan ramalan yang telah disebutkan,
akhirnya anak laki-laki itu dibuang ke sebuah pegunungan. Ia digantung di atas
pohon dengan tubuh terbalik dan tanpa mengenakan pakaian, bahkan sehelai
benangpun tidak ada ditubuhnya, kakinya juga di paku sehingga membengkak. Tidak
lama kemudian anak laki-laki itu ditemukan oleh seorang pengembala. Karena sang
pengembala merasa iba, ia menyelamatkan anak laki-laki itu dan memberikannya
pada raja yang berkuasa ditempatnya.
Anak
laki-laki itupun diadopsi oleh raja yang berkuasa, ketika melihat kaki sang
anak membengkak iapun diberi nama Oedipus yang berarti “si kaki bengkak”. Oedipus
dibesarkan sebagaimana anak kandung sendiri oleh sang raja, lalu ketika dewasa
ia pergi ke suatu tempat dan bertemu seorang peramal dan mendapat ramalan bahwa
ia tidak boleh kembali ke tempatnya karena akan terjadi sesuatu yang buruk jika
Oedipus kembali ke keluarga kandungnya, ia akan membunuh ayahnya dan akan
menikahi ibunya jika ia kembali ketempat asalnya. Semula ia berpikir bahwa
orang tua yang membesarkannya adalah orang tua kandungnya maka iapun tidak
kembali ketempat dimana ia dibesarkan.
Ketika
Oedipus sedang berkelana hendak ke Thebes ia tak sengaja berpapasan dengan Laius
yang tak lain adalah ayah kandungnya yang belum diketahui. Karena terlibat sebuah
perselisihan dijalan tersebut akhirnya Oedipus membunuh Laius dan ramalanpun
benar-benar terjadi dimana Laius dibunuh oleh anaknya sendiri. Kemudian di
Thebes tempat Laius berkuasa sebelumnya, Oedipus singgah.
Ditempat
singgahnya, ada makhluk bernama Spinx yang memberikan sebuah teka-teki, jika
ada yang bisa menjawabnya spinx baru akan pergi. Karena kejadian tersebut,
diadakan sayembara. Barang siapa yang bisa menebak teka-teki tersebut ia aka
diangkat menjadi raja dan dinikahkan dengan istri mendiang raja. Akhirnya dari
sekian banyak orang Oedipus-lah yang dapat menjawab teka-teki tersebut, spinx
pun hancur ketika teka-tekinya terjawab. Oedipus-pun diangkat menjadi raja dan
menikahi istri mendiang Laius yaitu Lukasta. Oedipus sangat mencintai Lukasta dan
memiliki beberapa anak atas pernikahannya. Oedipuspun menjadi raja yang adil
dan bijaksana dalam pemerintahannya.
Para
Dewa murka ketika mengetahui hubungan percintaan yang taklazim antara ibu-anak
tersebut. Lukasta yang tak lain adalah ibu Oedipus telah dicintai Oedipus
sebagai istrinya. Selang waktu berganti Lukasta menegetahui kebenaran tersebut.
Lukasta menyadari bahwa ramalan yang dahulu disebutkan kepadanya dan suaminya
benar-benar terjadi. Oedipus-lah yang membunuh mendiang suaminya yang tak lain
adalah ayah Oedipus dan Oedipus jugalah anaknya yang telah ia (Lukasta) nikahi.
Setelah mengetahui semua kebenaran tersebut Lukasta bunuhdiri dengan
menggantung diri dan akhirnya tewas.
Oedipus
yang sangat mencintai Lukasta kebingungan menagapa istrinya itu bunuh diri,
akhirnya setelah ditelusuri ia tersadar akan ramalan yang dulu pernah dikatakan
padanya. Ia menjadi sangat kotor dan bersalah karena telah mencintai ibunya
sendiri sebagaimana ia mencintai seorang istri. Ia juga menghasilkan anak dari
hubungan tersebut. Ia juga menyadari bahwa ia telah membunuh ayahnya dahulu
diperjalanannya menuju Thebes. Semua ramalan benar-benar tejadi, tapi dirasa
bersalahnya ia juga membenci kedua orangtuanya yang dulu membuangnya. Ia merasa
sebagai anak haram yang dibuang begitu saja. Ia murka terhadap segala hal dan
akhirnya ditegur oleh dewa. Karena rasa bersalah dan kotor dirinya tersebut, Oedipus-pun
mencongkel kedua matanya sebagai penghukuman terhadap dirinnya sendiri karena
menurutnya semua kesalahan ini bermula dari matanya, bermula dari pandangannya
terhadap segala hal.
Analisis
cerita menurut teori Psikologi: Dapat disimpulkan bahwa kisah Oedipus
berhubungan dengan salah satu teori Psikologi dari Sigmund Freud. Teori Freud
mengatakan bahwa seorang anak akan melewati fase oral, anal, phallic, latency,
dan genital. Kisah Oedipus berhubungan dengan ketika anak sedang dalam fase
phallic (Falis) di usia 3 sampai 5 tahun dimana anak-anak memiliki konflik
mengenai keinginan seksual mereka, tentang ketertarikan seksual terhadap
orangtua yang berlawanan jenis, jika laki-laki maka ia akan tertarik pada ibu
karena ibu adalah sumber dari kenikmatan
dan melihat ayah sebagai pesaing tentang perhatian dan cinta ibu yang
sering disebut sebagai Oedipus Compleks. Seperti kisah Oedipus yang berakhir
dengan mencintai ibunya sendiri.
Dokumentasi
Teater Oedipus:
![]() |
|||
![]() |
|||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar