Senin, 20 November 2017

6. ANALISIS TEATER MONOLOG OEDIPUS



Analisis cerita: Teater ini diperankan oleh satu orang aktor bernama Dedi Warsana yang memerankan beberapa tokoh sekaligus karena teater ini termasuk jenis teater monolog. Dalam teater ini diceritakan bahwa ada seorang raja Thebes bernama Laius yang memiliki istri bernama Lokasta. Seorang peramal berkata pada mereka, bahwa telah diramalkan akan terjadi sesuatu yang sangat buruk jika mereka memiliki anak. Ramalannya adalah Laius akan dibunuh oleh anaknya sendiri dan Lokasta akan dinikahi oleh anaknya sendiri.
Singkat cerita, suatu hari ternyata Lokasta mengandung seorang anak laki-laki, setelah anak itu dilahirkan Laius sang ayah memerintahkan agar seseorang membuang anak tersebut karena teringat dan ketakutan akan ramalan yang telah disebutkan, akhirnya anak laki-laki itu dibuang ke sebuah pegunungan. Ia digantung di atas pohon dengan tubuh terbalik dan tanpa mengenakan pakaian, bahkan sehelai benangpun tidak ada ditubuhnya, kakinya juga di paku sehingga membengkak. Tidak lama kemudian anak laki-laki itu ditemukan oleh seorang pengembala. Karena sang pengembala merasa iba, ia menyelamatkan anak laki-laki itu dan memberikannya pada raja yang berkuasa ditempatnya.
Anak laki-laki itupun diadopsi oleh raja yang berkuasa, ketika melihat kaki sang anak membengkak iapun diberi nama Oedipus yang berarti “si kaki bengkak”. Oedipus dibesarkan sebagaimana anak kandung sendiri oleh sang raja, lalu ketika dewasa ia pergi ke suatu tempat dan bertemu seorang peramal dan mendapat ramalan bahwa ia tidak boleh kembali ke tempatnya karena akan terjadi sesuatu yang buruk jika Oedipus kembali ke keluarga kandungnya, ia akan membunuh ayahnya dan akan menikahi ibunya jika ia kembali ketempat asalnya. Semula ia berpikir bahwa orang tua yang membesarkannya adalah orang tua kandungnya maka iapun tidak kembali ketempat dimana ia dibesarkan.
Ketika Oedipus sedang berkelana hendak ke Thebes ia tak sengaja berpapasan dengan Laius yang tak lain adalah ayah kandungnya yang belum diketahui. Karena terlibat sebuah perselisihan dijalan tersebut akhirnya Oedipus membunuh Laius dan ramalanpun benar-benar terjadi dimana Laius dibunuh oleh anaknya sendiri. Kemudian di Thebes tempat Laius berkuasa sebelumnya, Oedipus singgah.
Ditempat singgahnya, ada makhluk bernama Spinx yang memberikan sebuah teka-teki, jika ada yang bisa menjawabnya spinx baru akan pergi. Karena kejadian tersebut, diadakan sayembara. Barang siapa yang bisa menebak teka-teki tersebut ia aka diangkat menjadi raja dan dinikahkan dengan istri mendiang raja. Akhirnya dari sekian banyak orang Oedipus-lah yang dapat menjawab teka-teki tersebut, spinx pun hancur ketika teka-tekinya terjawab. Oedipus-pun diangkat menjadi raja dan menikahi istri mendiang Laius yaitu Lukasta. Oedipus sangat mencintai Lukasta dan memiliki beberapa anak atas pernikahannya. Oedipuspun menjadi raja yang adil dan bijaksana dalam pemerintahannya.
Para Dewa murka ketika mengetahui hubungan percintaan yang taklazim antara ibu-anak tersebut. Lukasta yang tak lain adalah ibu Oedipus telah dicintai Oedipus sebagai istrinya. Selang waktu berganti Lukasta menegetahui kebenaran tersebut. Lukasta menyadari bahwa ramalan yang dahulu disebutkan kepadanya dan suaminya benar-benar terjadi. Oedipus-lah yang membunuh mendiang suaminya yang tak lain adalah ayah Oedipus dan Oedipus jugalah anaknya yang telah ia (Lukasta) nikahi. Setelah mengetahui semua kebenaran tersebut Lukasta bunuhdiri dengan menggantung diri dan akhirnya tewas.
Oedipus yang sangat mencintai Lukasta kebingungan menagapa istrinya itu bunuh diri, akhirnya setelah ditelusuri ia tersadar akan ramalan yang dulu pernah dikatakan padanya. Ia menjadi sangat kotor dan bersalah karena telah mencintai ibunya sendiri sebagaimana ia mencintai seorang istri. Ia juga menghasilkan anak dari hubungan tersebut. Ia juga menyadari bahwa ia telah membunuh ayahnya dahulu diperjalanannya menuju Thebes. Semua ramalan benar-benar tejadi, tapi dirasa bersalahnya ia juga membenci kedua orangtuanya yang dulu membuangnya. Ia merasa sebagai anak haram yang dibuang begitu saja. Ia murka terhadap segala hal dan akhirnya ditegur oleh dewa. Karena rasa bersalah dan kotor dirinya tersebut, Oedipus-pun mencongkel kedua matanya sebagai penghukuman terhadap dirinnya sendiri karena menurutnya semua kesalahan ini bermula dari matanya, bermula dari pandangannya terhadap segala hal.
Analisis cerita menurut teori Psikologi: Dapat disimpulkan bahwa kisah Oedipus berhubungan dengan salah satu teori Psikologi dari Sigmund Freud. Teori Freud mengatakan bahwa seorang anak akan melewati fase oral, anal, phallic, latency, dan genital. Kisah Oedipus berhubungan dengan ketika anak sedang dalam fase phallic (Falis) di usia 3 sampai 5 tahun dimana anak-anak memiliki konflik mengenai keinginan seksual mereka, tentang ketertarikan seksual terhadap orangtua yang berlawanan jenis, jika laki-laki maka ia akan tertarik pada ibu karena ibu adalah sumber dari kenikmatan  dan melihat ayah sebagai pesaing tentang perhatian dan cinta ibu yang sering disebut sebagai Oedipus Compleks. Seperti kisah Oedipus yang berakhir dengan mencintai ibunya sendiri.
Dokumentasi Teater Oedipus:





Description: E:\Kesmen2 20\20160926_145637.jpg


Description: E:\Kesmen2\20160923_162127.jpg

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar