Pada
bagian ini dijelaskan beberapa pemikiran fundamental Freire mengenai nilai etis
pendidik akan disingkat penulis menjadi tiga poin yaitu:
1.
Directiveness (saling memberi
petunjuk/saling mengarahkan)
Guru memiliki tanggung jawab directive dalam pendidikan. Nilai etika yang paling pertama harus
dijunjung tinggi oleh guru adalah Directiveness.
Tanggung jawab tersebut dapat diaktualisasikan melalui aktivitas belajar
yang dialogis. Disinilah guru berperan sebagai pemberi petunjuk, tapi tidak
secara otoriter mendikte siswa dengan serangkaian aturan etis yang wajib
diikuti karena dengan segala aturan etis yang dikemas dengan mendoktrin siswa,
guru cenderung memanipulasi siswa.
2.
Sloganisasi
Pendidik yang etis tidak melakukan sloganisasi karena
bertentangan dengan humanisasi ( Freire, 1967:19-20). Pendidikan adalah
humanisasi, memfasilitasi manusia sebagai subjek yang bebas bereksistensi dalam
setiap laku penciptanya didunia. Pendidik yang etis adalah pendidik yang
menghargai siswanya sebagai subjek yang bebas menentukan pilihan hidupnya,
pendidik hanya memfasilitasi tentang bagaimana cara yang ideal untuk mencapai
pilihan siswanya.
3.
Pembebasan
Pendidik yang etis adalah pendidik yang memperjuangkan
pembebasan, menantang orang-orang untuk mengetahui kebebasan actual mereka,
kekuasaan nyata mereka (Shoe & Freire, 1987: 109-110; Horton and Paulo,
1990:240). Sebagai hasilnya, orang-orang dapat merasa termanipulasi ketika
diminta merefleksi pokok kajian yang sulit tersebut, karena hal ini adalah hal
yang tidak ingin mereka pikirkan atau menyangkalnya, mereka takut menjadi
bebas, bertanggung jawab sendiri atas kebebasannya. Tetapi ini dapat menjadi
sebuah langkah pembebasan
Pendidik untuk menjadi etis harus memahami secara kritis
humanisasi dan merangkapnya melalui praksis pendidikan. Pendidik dan siswa
bukalah posisi-posisi yang berhadapan secara antagonistic. Pendidik ketika
mengajar belajar bersama terdidik, dan para terdiidk ketika blajar mungkin
memiliki momen-momen mengajari gurunya langsung atau tidak langsung. Inilah yang
disebut Freire bahwa directiveness bukan
monopoli guru. Pendidik dimaknai etis ketika ia memiliki visi-misi transformative.