Diskalkulia (dyscalculia)
A. pengertian diskalkulia
Secara
umum, diskalkulia berarti ketidak mampuan dalam menghitung. Ada dua macam
masalah diskalkulia, yaitu:
1. Masalah yang berhubungan secara
langsung
Masalah yang berhubungan secara langsung adalah masalah
dalam penulisan angka dan simbol matematika, membaca simbol matematika,
berhitung, mengikuti langkah dalam menyelesaikan masalah yang bertingkat serta
penyelesaian soal cerita.
2. Masalah yang berhubungan secara
tidak langsung
Masalah yang berhubungan secara tidak langsung adalah
kkesulitan dalam mengukur sesuatu (bisa berdasarkan berat, panjang, ukuran atau
wakktu pemunculan), perceptual disorder (misalnya kesulitan dalam
koordinasi mata dan tangan), behavior problems (misalnya ketidaksabaran
dalam menyelesaikan sesuatu, tidak perhatian, dll)
B. Menurut Lerner (1981) ada beberapa
karakteristik anak bekesulitan belajar ini, yaitu:
a. Kesulitan mengenal dan memahami simbol
Anak diskalkulian sering mengalami kesulitan dalam mengenal
dan menggunakan simbol-simbol matematika, seperti +, -, =, >, < dan
sebagainya. Kesulitan semacam ini disebabkan adanya gangguan memori dan adanya
gangguan persepsi visual.
b.
Gangguan
hubungan keruangan
Yang dimaksud hubungan keruangan di sini adalah gangguan
pemahaman tentang system belajar secara keseluruhan. Contoh: anak tidak tahu
bahwa angka 3 lebih dekat dengan angka 4 dari pada dengan angka 6.
c.
Kesulitan
memahami konsep waktu
Pemahaman tentang waktu biasanya hanya meliputi sebentar,
lama, kemarin, besok, dan sebagainya. Pemahaman tersebut diperoleh anak karena
adanya komunikasi dengan lingkungan social. Sedangkkan mengetahui angka waktu/
jam anak merasa kesulitan.
d.
Kesulitan
memahami konsep kuantitas (jumlah)
Pada umumnya, anak memahami konsep kuantitas dari pergaulan
mereka dengan lingungan sosialnya. Gangguan fungsi otak dan lingkungan social
yang tidak kondusif dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam memahami
konsep kuantitas, seperti sedikit, banyak, lima, tujuh dan lain sebagainya.
e.
Asosiasi
visual-motor
Bentukk asosiasi visual-motor merupakan bentuk kesulitan
belajar yang lebih menekankan proses belajar mereka dengan cara hanya menghafal
bilangan tanpa memahami makknanya. Misalnya anak tidak dapat menghitung
benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua, tiga,
empat, lima”. Anak mungkin baru memgang benda yang ketiga tapi telah
mengucapkan lima. Ini merupakan bentuk kesulitan belajar berhitung dalam perkataan
dengan motoriknya.
C. Alternatif bantuan kepada anak yang
mengalami diskalkulia:
a. Sebelum obsevasi, konselor
melaksanakan beberapa persiapan, yaitu menentukan alat pengumpulan data yang
akurat dan valid.
b. Metode tes hasil belajar
Melalui tes hasil belajjar, kita dapat mengetahui mengetahui
tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang dimiliki siswa tentang
materi operasi hitung penjumlahan.
c. Observasi siswa yang mengalami
diskalkulia
Dalam tahapan observasi ini, guru menentukan siswa yang akan
diberikan bimbingan. Pelaksanaan observasi bisa dengan melihat nilai-nilai soal
latihan ataupun hasil tes matematika siswa, membuat catatan anekdot, yakni guru
melihat tingkah laku siswa ketika sedang mengikuti pelajaran matematika.
Kemudian Tanya jawab seputar nilai yang diperoleh siswa dan melihat latar
belakang anak dengan memerhatian biodata siswa. Setelah melakukan obserrvasi,
guru menentukan siswa yang mengalami kesulitan dalam berhitung yang akan
diberikan bimbingan.
d. Identifikasi penyebab anak mengalami
diskalkulia
Ada dua fakktor penyebab anak mengalami diskalkulia yaitu:
1. Factor intern
a)
Kelemahan
emosional
Seperti ketidakmampuan siswa dalam menyesuaikan diri,
tercekam rasa takut yang berlebihan, benci dan antipasti, serta ketidakmatangan
dalam emosinya, tidak pekka terhadap orang lain.
b)
Kelemahan
yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, seperti kurangnya
perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar dan tingkah
laku yang kurang baik, seperti bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
c)
Kesehatan
sering terganggu.
Kesehatan lemah sehingga mudah terserang penyakit.
2. Factor ekstern
a) Factor keluarga, meliputi kemampuan
ekonomi orang tua kurang memadai, fasilitas belajar kurang memenuhi, sikap
orang tua yang tidak memperhatikan pendidikana anaknya.
b) Factor sekolah dan masyarakat. Di
antaranya yaitu sifat kurikulum yang kurang fleksibel, metode pengajaran yang
diberikan guru kurang sesuai, dll.
D. Melaksanakan bimbingan kepada anak
diskalkulia:
a.
Pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukkan guru:
1.
Mengajarkkan
prasyarat belajar matematika
2.
Mengajarkan
konsep konkrit sebelum konsep abstrak
3.
Teknik
yang dapat digunakan antara lain lembar kerja, permainan, teknik managemen
perilaku (seperti memberikan reward bila tugas yang telah diselesaikan)
4.
Mengajari
siswa untuk melakukan generalisasi pada situasi baru
5.
Mengajarkan
kosa kata matematis
6.
Mengizinkan
penggunaan jari dan menghitung di kertas
7.
Menggunakan
diagram dan menggambar konsep-konsep matematika
8.
Menggunakan
ritme dan music untuk engajarkan fakta-fakta matematika dan merangkaiakkan
langkah-langkah menjadi suatu irama.
b.
Memberikan
latihan-latihan untuk meningkatkan keterampilan belajar
Setelah siswa seluruh kelas faham, guru sering memberikan
soal-soal latihan siswa diskalkulia agar lebih memahami cara penyelesaian yang
benar, meskipun hasilnya juga masih belum memuaskan, guru harus tetap member
bimbingan dan semangat kepada siswa tesebut bahwa jikka dia rajin belajar, maka
tida ada sesuatu yang sulit. Setiap selesai pembimbingan, siswa yang mengalami diskalkulia
selalu diberi PR untuk dikerjakan di rumah agar mau belajar dan berlatih
menghitung.
c.
Pengembangan
sikap dan kebiasaan yang baik
Menentukan motivasi yang tepat untuk siswa,
membantu siswa agar mengatur waktu belajarnya, membiasakkan siswa mengerjakan
tugas-tugas secara teratur, bersih dan rapi, menumbuhkan rasa percaya diri
untuk bertanya tentang hal-hal ayang belum dimengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar