Minggu, 10 Desember 2017

28. SALAH SATU CONTOH KESULITAN BELAJAR DAN UPAYA PENANGANANNYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING.

Diskalkulia (dyscalculia)
A.  pengertian diskalkulia
Secara umum, diskalkulia berarti ketidak mampuan dalam menghitung. Ada dua macam masalah diskalkulia, yaitu:
1.      Masalah yang berhubungan secara langsung
Masalah yang berhubungan secara langsung adalah masalah dalam penulisan angka dan simbol matematika, membaca simbol matematika, berhitung, mengikuti langkah dalam menyelesaikan masalah yang bertingkat serta penyelesaian soal cerita.
2.      Masalah yang berhubungan secara tidak langsung
Masalah yang berhubungan secara tidak langsung adalah kkesulitan dalam mengukur sesuatu (bisa berdasarkan berat, panjang, ukuran atau wakktu pemunculan), perceptual disorder (misalnya kesulitan dalam koordinasi mata dan tangan), behavior problems (misalnya ketidaksabaran dalam menyelesaikan sesuatu, tidak perhatian, dll)

B.  Menurut Lerner (1981) ada beberapa karakteristik anak bekesulitan belajar ini, yaitu:
a.     Kesulitan mengenal dan memahami simbol
Anak diskalkulian sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika, seperti +, -, =, >, < dan sebagainya. Kesulitan semacam ini disebabkan adanya gangguan memori dan adanya gangguan persepsi visual.
b.      Gangguan hubungan keruangan
Yang dimaksud hubungan keruangan di sini adalah gangguan pemahaman tentang system belajar secara keseluruhan. Contoh: anak tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat dengan angka 4 dari pada dengan angka 6.
c.       Kesulitan memahami konsep waktu
Pemahaman tentang waktu biasanya hanya meliputi sebentar, lama, kemarin, besok, dan sebagainya. Pemahaman tersebut diperoleh anak karena adanya komunikasi dengan lingkungan social. Sedangkkan mengetahui angka waktu/ jam anak merasa kesulitan.
d.      Kesulitan memahami konsep kuantitas (jumlah)
Pada umumnya, anak memahami konsep kuantitas dari pergaulan mereka dengan lingungan sosialnya. Gangguan fungsi otak dan lingkungan social yang tidak kondusif dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam memahami konsep kuantitas, seperti sedikit, banyak, lima, tujuh dan lain sebagainya.
e.       Asosiasi visual-motor
Bentukk asosiasi visual-motor merupakan bentuk kesulitan belajar yang lebih menekankan proses belajar mereka dengan cara hanya menghafal bilangan tanpa memahami makknanya. Misalnya anak tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua, tiga, empat, lima”. Anak mungkin baru memgang benda yang ketiga tapi telah mengucapkan lima. Ini merupakan bentuk kesulitan belajar berhitung dalam perkataan dengan motoriknya.

C.   Alternatif bantuan kepada anak yang mengalami diskalkulia:
a.       Sebelum obsevasi, konselor melaksanakan beberapa persiapan, yaitu menentukan alat pengumpulan data yang akurat dan valid.
b.      Metode tes hasil belajar
Melalui tes hasil belajjar, kita dapat mengetahui mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang dimiliki siswa tentang materi operasi hitung penjumlahan.
c.       Observasi siswa yang mengalami diskalkulia
Dalam tahapan observasi ini, guru menentukan siswa yang akan diberikan bimbingan. Pelaksanaan observasi bisa dengan melihat nilai-nilai soal latihan ataupun hasil tes matematika siswa, membuat catatan anekdot, yakni guru melihat tingkah laku siswa ketika sedang mengikuti pelajaran matematika. Kemudian Tanya jawab seputar nilai yang diperoleh siswa dan melihat latar belakang anak dengan memerhatian biodata siswa. Setelah melakukan obserrvasi, guru menentukan siswa yang mengalami kesulitan dalam berhitung yang akan diberikan bimbingan.

d.      Identifikasi penyebab anak mengalami diskalkulia
Ada dua fakktor penyebab anak mengalami diskalkulia yaitu:
1.      Factor intern
a)      Kelemahan emosional
Seperti ketidakmampuan siswa dalam menyesuaikan diri, tercekam rasa takut yang berlebihan, benci dan antipasti, serta ketidakmatangan dalam emosinya, tidak pekka terhadap orang lain.
b)      Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, seperti kurangnya perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar dan tingkah laku yang kurang baik, seperti bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
c)      Kesehatan sering terganggu.
Kesehatan lemah sehingga mudah terserang penyakit.
2.      Factor ekstern
a)      Factor keluarga, meliputi kemampuan ekonomi orang tua kurang memadai, fasilitas belajar kurang memenuhi, sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikana anaknya.
b)      Factor sekolah dan masyarakat. Di antaranya yaitu sifat kurikulum yang kurang fleksibel, metode pengajaran yang diberikan guru kurang sesuai, dll.

D.       Melaksanakan bimbingan kepada anak diskalkulia:
a.       Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukkan guru:
1.      Mengajarkkan prasyarat belajar matematika
2.      Mengajarkan konsep konkrit sebelum konsep abstrak
3.      Teknik yang dapat digunakan antara lain lembar kerja, permainan, teknik managemen perilaku (seperti memberikan reward bila tugas yang telah diselesaikan)
4.      Mengajari siswa untuk melakukan generalisasi pada situasi baru
5.      Mengajarkan kosa kata matematis
6.      Mengizinkan penggunaan jari dan menghitung di kertas
7.      Menggunakan diagram dan menggambar konsep-konsep matematika
8.      Menggunakan ritme dan music untuk engajarkan fakta-fakta matematika dan merangkaiakkan langkah-langkah menjadi suatu irama. 
b.      Memberikan latihan-latihan untuk meningkatkan keterampilan belajar
Setelah siswa seluruh kelas faham, guru sering memberikan soal-soal latihan siswa diskalkulia agar lebih memahami cara penyelesaian yang benar, meskipun hasilnya juga masih belum memuaskan, guru harus tetap member bimbingan dan semangat kepada siswa tesebut bahwa jikka dia rajin belajar, maka tida ada sesuatu yang sulit. Setiap selesai pembimbingan, siswa yang mengalami diskalkulia selalu diberi PR untuk dikerjakan di rumah agar mau belajar dan berlatih menghitung.
c.       Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik
Menentukan motivasi yang tepat untuk siswa, membantu siswa agar mengatur waktu belajarnya, membiasakkan siswa mengerjakan tugas-tugas secara teratur, bersih dan rapi, menumbuhkan rasa percaya diri untuk bertanya tentang hal-hal ayang belum dimengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar