Senin, 11 Desember 2017

48. IMPLIKASI STREOTIP DAN PRASANGKA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING



      Telah diketahui sebelumnya tentang pengertian dari streotipe dan prasangka itu sendiri, Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. Sedangkan prasangka adalah penilaian dari satu kelompok atau individu yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok. Efek dari prasangka adalah merusak dan menciptakan jarak yang luas. Sering dikatakan bahwa prasangka adalah sikap sementara diskriminasi adalah satu tindakan. Prasangka dipengaruhi oleh pilihan tentang kebijakan public. Prasangka memiliki sumbangan terhadap oposisi yang lebih besar terhadap kegiatan pihak yang menyetujui.
Dalam implikasinya dalam bimbingan dan konseling, stereotip dan prasangka dapat membuat seorang konselor mengetahui pendapat masyarakat tentang suatu budaya atau kelompok tertentu. Hal ini dapat membantu konselor memahami setiap kliennya yang berbeda-beda budaya, walau prasangka lebih menekankan terhadap hal yang negatif sebagai seorang konselor juga harus mengetahui semua prasangka tersebut namun tidak untuk dipercayai seutuhnya hanya sekedar sebagai pengetahuan mendasar saja untuk memudahkan memahami karakteristik konseli yang dihadapi. Dengan adanya prasangka dan stereotip juga konselor dan konseli dapat saling bertukar persepsi yang mendasari prasangka dan stereotip itu sendiri sehingga tercipta komunikasi yang baik antara konselor dan konseli.
Stereotip juga tidak hanya berbau hal yang negatif namun terdapat stereotip positif yang dapat membantu berjalannya proses konseling yang baik, stereotipe ini dapat membantu terjadinya komunikasi (nilai-nilai toleransi) lintas budaya sehingga dapat memudahkan terjadinya interaksi antar orang yang berbeda latar belakang pada sebuah lingkungan secara bersama-sama. Sehingga menciptakan suatu hubungan yang harmonis antar kelompok budaya. Contohnya : orang sunda menstereotipekan orang jawa sebagai pribadi yang ramah,begitu pula orang jawa yang menstereotipekan orang sunda sebagai pribadi yang toleran, dari hal tersebut merupakan stereotipe positif yang akan membawa dampak kehidupan harmonis dan saling menghargai perbedaan masing- masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar