Faktor-faktor internal yang
berpengaruh terhadap proses belajar
1) Sikap terhadap belajar
Selama
melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari
pembelajaran tersebut. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakan
belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar
lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif.
2) Motivasi belajar
Motivasi
belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.
Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan
belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
3) Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan
belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan
berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta
selingan istirahat. Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar
seseorang setelah tiga puluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan
agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit. Dengan memberikan selingan
istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
4) Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk
menrima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.
Isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai
agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah
bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar.
5) Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar
merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan
menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama.
Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan.
Kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki
siswa. Pemilikan itu dalam waktu bertahun-tahun, bahkan sepanjang hayat..
6) Menggali hasil belajar yang
tersimpan
Ada kalanya siswa juga mengalami
gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya
bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut
dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan. Jika
siswa tidak memperhatikan pada saat penerimaan, maka siswa tidak memiliki
apa-apa. Jika siswa tidak berlatih sungguh-sungguh, maka siswa tidak
berketerampilan dengan baik.
7) Kemampuan berprestasi
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan
puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar
yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan
tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman
sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu
berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada
proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan,
serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
8) Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri
bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul
berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa
unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru
dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya
dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya
yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya.
9) Intelegensi dan keberhasilan belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau
rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik
dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual
bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Dengan
perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang
rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja
yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri.
Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang
kterampilan.
10) Kebiasaan belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi
kemampunanya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh
guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester,
belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya
untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti
merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah
pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan
oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.
11) Cita-cita siswa
Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa
sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai
cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan
berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan
kemampuannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar