Minggu, 10 Desember 2017

20. CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM KONSELING INDIVIDUAL


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Siswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat membangun dan berkarya bagi negara. Anak-anak yang terdidik, disiplin, dan berkualitas secara intelektual, mental dan spiritual akan mampu berkompeten dalam menjalankan kewajibannya sehingga kelangsungan dan martabat bangsa dapat terjamin.
Permadalahan yang dialami siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun maka diperlukanlah pelayanan bimbingan dan konseling. Konseling adalah suatu layanan yang berusaha untuk membantu client/konseli yang menghadapi masalah atau sulit mengambil keputusan agar client/konseli mampu untuk memecahkan masalahnya atau agar client/konseli mampu mengambil keputusan yang tepat baginya.
Karena ditemukan dilapangan umumnya guru bk yang berperan sebagai konselor lebih menasehati daripada membiarkan client/konseli untuk memilih jalan keluar dari masalahnya sendiri ketika proses konseling berlangsung sehingga banyak yang enggan untuk melakukan konseling atau enggan menjadi seorang konseli, maka perlu ditegaskan bahwa peran konselor hanya berusaha membantu client/konseli untuk menemukan jalan keluar atas masalah yang dihadapi, lalu client/konseli sendirilah yang seharusnya aktif dalam mengemukakan masalah dan latar belakang masalah serta mengkaji berbagai kemungkinan jalan keluar.
Dalam praktik konseling kali ini terdapat salah satu siswa yang memiliki masalah dan membutuhkan bantuan secara pribadi. Selanjutnya berdasarkan permasalahan yang ada laporan praktik konseling ini disusun untuk mengetahui masalah yang sedang dialami siswa tersebut, serta pendekatan dan rencana bantuan yang sesuai yang akan diberikan untuk memecahkan permasalahan siswa tersebut (client/konseli)

B.  Tujuan
Disusunnya laporan praktik konseling ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam diri konseli yang melakukan praktik konseling
2.    Mengetahui teknik konseling yang sesuai untuk dilakukan kepada klien (konseli)
3.    Untuk mengetahui rencana pemberian bantuan yang akan dilakukan dalam proses konseling.

C.  Sistematika Penulisan Laporan
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan sistematika penulisan karya tulis yang didalamnya terdapat empat bab utama dan daftar pustaka yang berisikan lampiran, dan berikut penjelasannya:

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang dibuatnya laporan ini. Didalam pendahuluan dijelaskan pula mengenai kondisi ideal dalam proses konseling dan kondisi nyata yang terjadi di lapangan, selanjutnya disebutkan beberapa tujuan disusunnya laporan ini.
BAB II LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL
Dalam bab ini dituliskan identitas konseli dan dijelaskan tentang masalah yang dialami konseli ketika proses konseling terjadi, selain itu dalam bab ini dijelaskan pula mengenai analisis masalah (berdasarkan teori) yang dialami oleh konseli yang kemudian akan diberikan rencana bantuan layanan untuk memecahkan masalah yang dimiliki konseli.
BAB III KAJIAN TEORETIS
Bab ini beris kajian teori yang cocok digunakan untuk mengatasi permasalahan konseli dalam proses konseling. Teori yang digunakan sesuai dengan masalah yang dialami konseli agar proses pemberian bantuan sesuai dengan kondisi yang dialami.
BAB IV EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
Bab ini berisi tentang Evaluasi dan tindak lanjut
A.  Evalaluasi SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Strength : Kekuatan (konseli, konselor, pihak sekolah)
Weakness: Kelemahan (konseli, konselor, pihak sekolah)
Opportunity: Peluang (orangtua, teman sebaya, lingkungan tempat tinggal)
Threat: Ancaman (orangtua, teman sebaya, lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal)
B.  Tindak Lanjut
 Yang berisikan tindak lanjut dari proses konseling (mind mapping, referal, dsb)
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan tentang pencantuman sumber-sumber baik buku maupun media internet sebagai penunjang pembuatan laporan ini, dalam daftar pustaka juga terdapat lampiran seperti
A.  Skrip Konseling
B.  Foto
Ketika konseling dilaksanakan (video sebagai terlampir)
BAB II
LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL
A.  Identitas Konseli
Nama               : Afifah Nurkhodijah
Usia                 : 14 tahun
Jenis Kelamin  : Perempuan
Alamat                        : komplek Btn Depag A4 no.8, Rt 01 Rw 16, desa Rangkasbitung
Ciujung Timur, kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, provinsi Banten.
Kelas               : IX ( Sembilan )
Sekolah                       : SMP Terpadu Al-Qudwah

B.  Deskripsi Masalah
Konseli adalah remaja perempuan yang bersekolah di SMP Terpadu Al-Qudwah Kalanganyar, ia termasuk siswi yang cukup pandai dikelasnya, ia juga termasuk orang yang aktif dalam berbagai kegiatan, namun ia memiliki satu masalah dalam dirinya yaitu kurang bisanya mengatur waktu secara tepat yang mengakibatkan sering dihukum ketika terlambat masuk kelas dan terlambat ketika ada perkumpulan dalam kelompok baik di kegiatan sekolah ataupun diluar sekolah. Permasalahan ada pada diri konseli yang sering tidur kembali setelah sholat subuh sehingga ia terlambat untuk bersiap kesekolah dan masuk kekelas, ia juga sering bermalas-malasan dan menunda persiapan untuk berkumpul dengan kelompoknya sehingga teman-temannya tidak merasa heran bila melihat ia yang datang terlambat ketika perkumpulkan dilakukan, walaupun konseli telah beberapa kali mendapat teguran dari guru ataupun temannya kebiasaan tersebut tetap sulit dihilangkan.

C.  Analisis Masalah (Berdasarkan Teori)
Dari hasil wawancara antara konselor dengan konseli maka konselor dapat menganalisis permasalahan yang dialami oleh konseli adalah permasalahan kemauan diri, karena konseli malas-malasan ketika seharusnya sudah bersiap untuk pergi ke sekolah ataupun ke tempat dimana diadakan perkumpulan yang mengharuskan ia hadir didalamnya.
Konseli sering mendapat hukuman atas keterlambatan masuk kelas sebagai teguran keras yang diberikan oleh gurunya, namun konseli tetap tidak dapat merubah kebiasaan terlambat itu.

D.  Rencana Layanan yang Diberikan
Guru BK merumuskan beberapa cara menanggulangi perilaku seringnya terlambat siswa yakni dengan melakukan teknik Reinforcement. Pada teknik ini dalam rangka pengimplementasian konseling behavioral dalam menangani siswa telat dikonsep dalam bentuk teguran, siswa dipanggil ke ruang BK, dalam teknik ini diharapkan bahwa:
1)                      Siswa mampu menyadari kesalahannya bahwa membolos adalah perilaku
menyimpang
2)      Siswa mampu berhenti dari kebiasaan menyimpang

Adapun tahap-tahap pelaksanaan teknik reinforcement antara lain:
1)     Tahap pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari saat bel masuk tepatnya pada pukul 07.00 WIB
gerbang sekolah ditutup dan siswa yang terlambat didata namanya. Kemudian diadakan
pengabsenan untuk setiap kelas guna mengecek kehadiran dan kelengkapan siswa.
Dalam kegiatan ini tidak hanya guru BK yang berperan penuh dalam pelaksanaannya.
pelaksanaan kegiatan ini dibantu oleh beberapa guru lain yang mempunyai kompeten yang
bagus dalam bidang ketertiban.
Adapun implementasinya dalam kegiatan di sekolah adalah:
a)     Guru BK mencatat nama-nama siswa terlambat datang ke sekolah
b)     Setelah itu guru BK merekap semua data yang diperoleh. .
c)      Di akhir kegiatan guru BK memanggil siswa yang telah terlambat lebih dari 1 kali.
Dalam hal ini, sebenarnya sekolah menyerahkan semua proses belajar mengajar kepada guru pengajar. Guru bisa melaksanakan proses belajar mengajar  sesuai dengan metode yang diinginkan. Akan tetapi dalam penanganan masalahketerlambatan, sekolah menyerahkan masalah itu kepada Guru BK untuk memberikan bimbingan kepada siswa-siswa yang melakukan penyimpangan.


BAB III
KAJIAN TEORITIS
Teori yang digunakan adalah Pendekatan Konseling Behavioral. Tingkah laku belajar siswa banyak yang mal-adaptif seperti suka membolos, terlambat mengikuti pelajaran, tidak mengerjakan tugas, tidak memperhatikan saat guru menerangkan dan lain-lain, untuk itu tingkah laku ini perlu di ubah menjadi tingkah laku yang adaptif melalui pendekatan konseling behavioral sebagaimana pendapat Zaenudin (2008:9) yang menyatakan bahwa : Pendekatan konseling behavioral merupakan penerapan berbagai macam teknik dan prosedur yang berakar dari berbagai teori tentang belajar. Dalam prosesnya pendekatan ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku kearah cara-cara yang lebih adaptif.
Tujuan  konseling behavioral menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer dan Stone, 1980)  adalah: ‘membantu individu untuk “belajar” memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu’. Penekanan kata belajar dalam proposisi di atas adalah atas pertimbangan bahwa konselor membantu klien belajar atau  mengubah  tingkah lakunya. Konselor berperan dalam membantu proses  belajar  dengan  menciptakan  kondisi  yang  sedemikian  rupa  sehingga klien  dapat  memecahkan  masalahnya dan mengubah  tingkah lakunya (Zaenudin, 2008 : 11-12).
Berarti dalam konseling behavioral konselor berusaha membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Tingkah laku yang di maksud adalah tingkah laku mal-adaptif atau tingkah laku bermasalah yang akan di ubah menjadi tingkah laku yang adaptif sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku bermasalah adalah  tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah . 
Dalam pandangan behavioral manusia pada hakikatnya bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol yang terbatas, hidup dalam alam deterministik dan sedikit peran aktifnya dalam memilih martabatnya. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya   penguatan   yang  diterima  dalam  situasi hidupnya. (Zaenudin, 2008:9-10). 

Selanjutnya menurut Abu Ahmadi  sumber penguat belajar ada yang berasal dari luar dan dari dalam diri siswa. Penguat belajar yang berasal dari luar seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat, ganjaran/hadiah dan lain-lain. Sedangkan penguat dari dalam diri siswa terjadi apabila respon yang dilakukan siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya (1990: 203-204). Dengan demikian setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali dan menjadi penguat belajar.
 Ada  banyak teknik konseling yang bisa diterapkan dalam pendekatan konseling behavioral. Teknik-teknik tersebut diantaranya :
a.       Latihan asertif (dengan menggunakan permainan peran) : digunakan untuk membantu klien yang tidak mampu mengungkapkan kemarahan dan perasaan tersinggung, menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, memiliki kesulitan untuk mengatakan ‘tidak’, mengalami kesulitan untuk mengungkapkan perasaan afektif dan positif, merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan dan pikiran sendiri ( Suparti, 2008: 45)
b.      Operant Conditioning (Pengkondisian Operan) Teori pengkondsiian yang dikembangkan oleh Skinner ini menekankan pada peran lingkungan dalam bentuk konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti dari suatu tingkah laku. Menurut teori ini, tingkah laku individu terbentuk atau dipertahankan sangat ditentukan oleh konsekuensi yang menyertainya. Jika konsekuensinya menyenangkan maka tingkah lakunya cenderung dipertahankan dan diulang, sebaliknya jika konsekuensinya tidak menyenangkan maka tingkah lakunya akan dikurangi atau dihilangkan. (Zaenudin, 2008:11). Menurut John McLeod (2006:143) prinsip operant conditioning  cocok diaplikasikan kepada individu dengan perilaku bermasalah dengan memberikan hadiah atau menguatkan perilaku yang diharapkan. Beberapa teknik operan conditioning  antara lain :
(1)   Shaping, yaitu teknik untuk mengajarkan tingkah laku yang komplek menjadi beberapa tingkah laku yang” simple response”.Proses ini dimulai dengan penetapan tujuan, kemudian di adakan analisis tugas, langkah-langkah kegiatan murid, dan reinforcement terhadap respon yang diinginkan. Secara eksplisit penerapan teknik shaping dalam perbaikan tingkah laku belajar siswa sebagaimana dikemukakan Fraznier adalah : a) datang dikelas pada waktuya, b) berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru, c) menunjukan hasil-hasil tes dengan baik, d) mengerjakan pekerjaan rumah ( Abu Ahmadi, 1990,206-207).
(2)   Penguatan positif (ganjaran/reward), yaitu memberikan hadiah atau ganjaran pada siswa yang telah menunjukan tingkah laku belajar yang positif, seperti siswa lebih rajin, selalu mengerjakan tugas, atau siswa yang prestasinya meningkat.
c.       Systematic desensitization ( desensitisasi sistematik ) yaitu teknik yang  digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dilakukan dengan pengondisian klasik serta teknik relaksasi. Teknik ini sesuai untuk menangani masalah fobia, kecemasan menghadapi ujian, kecemasan neurotik, disfungsi seksual (Suparti : 2008: 47)
Beberapa teknik yang termasuk dalam desensitisasi sistemik antara lain.
(1)   Ekstingsi, dilakukan dengan meniadakan peristiwa penguat tingkah laku contohnya   reinforcement berupa perhatian, jika murid perhatiannya kesana  kemari  maka  guru  tidak  akan  memberi perhatian  pada  murid sehingga murid tidak mendapat  penguat tingkah laku dari guru. (Abu Ahmadi, 1990: 208).
(2)   Satiasi/aversi, yaitu suatu prosedur menyuruh seseorang melakukan perbuatan berulang-ulang sehingga ia menjadi lelah atau jera. Contoh seorang ayah yang memergoki anak kecilnya merokok, maka ayah tersebut menyuruh anaknya merokok sampai habis satu pak, sehingga anak itu mual, muntah dan bosan dengan rokok (Abu Ahmadi, 1990: 208).
(3)   Relapse prevention (pencegahan kambuhan), melalui teknik ini klien dapat belajar mengidentifikasi situasi yang memicu timbulnya kesalahan dan mendapatkan ketrampilan sosial untuk menghadapinya, agar tidak kambuh lagi. Menurut Marlat dan Gordon (1985), langkah-langkah pencegahan kambuhan adalah: a) Menyifati tiga jenis perilaku penyebab kambuhan yaitu perasaan tertekan,Konflik interpersonal, tekanan dari orang lain, b) Memberikan intruksi tertulis pada klien berkenaan dengan tindakan yang harus diambil, c) meminta nomor telepon yang dapat dihubungi (orang tua untuk keperluan monitoring) (John McLeod, 2006:158).
 Menurut Zaenudin (2008:12-13) proses konseling behavioal dibingkai oleh kerangka kerja untuk mengajar klien dalam mengubah tingkah lakunya. Kerangka kerja konseling yang dimaksud adalah Assesment, goal setting, technique implementation, evaluation termination, dan feedback. Untuk itu konselor diharapkan bisa Aktif dan direktif dalam pemberian treatment. Konselor bisa berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan , mengarah pada tingkah laku baru yang sesuai.



BAB IV
EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
A.    Evaluasi
Dari tahap konseling yang telah dilakukan maka untuk mencapai tujuan proses konseling maka perlu dilaksanakan penialaina atau evaluasi untuk melihat bagaimana perkembangan klien/siswa dalam melaksanakan konseling, maupun setelahnya. Adapun penilaian hasil dari konseling tersebut dapat dilihat dari hasil analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) berikut ini:
1.      Konseli memperoleh pemahaman baru terkait tentang keadaan dirinya dan permasalahan yang dialaminya. (Strength /Kekuatan konseli)
2.      Konseli membutuhkan motivasi lain dari guru yang sering menghukumnya saat terlambat dating ke sekolah, konseli masih belum bisa mengatur waktunya dengan baik (Weakness: Kelemahan konseli)
3.      Konseli memilliki rencana dan komitmen untuk mulai berubah dengan mengatur waktunya sebaik mungkin agar tidak terlambat lagi karena masih diberi kesempatan untuk dapat berubah oleh guru (Opportunity/Peluang dari diri konseli dan guru)
4.      Konseli memiliki rasa malas yang cukup kuat sehingga memungkinkan mengganggu proses konseli untuk berubah menjadi lebih baik (Threat/Ancaman dari diri konseli sendiri)

B.     Tindak Lanjut
Dalam tahap ini guru BK banyak berperan, karena dalam tindak lanjut (follow up) hanya bisa dilaksanakan oleh Guru BK, guru BK yang selama ini  memantau perkembangan perilaku siswa. Akhirnya dengan memberikan reinforcement (penguatan) melalui teguran dan peringatan setiap tempo waktu tertentu, paling tidak sudah ada perubahan pada diri siswa untuk mengubah perilaku menjadi lebih baik.





DAFTAR PUSTAKA

Ridwan . (2004). Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

LAMPIRAN

A.  Skrip Konseling
Konseli       = ki
Konselor     = ko

Ki: “ assalamualaikum “ (mengetuk pintu)
ko: ” waalaikumsalam, ya silahkan masuk “ (membuka pintu dan memepersilahkan masuk)
Ki: (masuk lalu bersalaman)
ko: ” silahkan duduk “ (mempersilahkan duduk)
Ki: “ ya bu terimakasih “ (duduk)
ko: ” ya, terimakasih karena telah memenuhi undangan saya“ (tersenyum)
Ki: (balas tersenyum) “ iya sama-sama bu, memangnya ada apa saya dipanggil ke ruang BK ini? “
ko: ”iya, ada yang ingin saya tanyakan pada kamu “
Ki: “iya bu, memang apa yang ingin ibu tanyakan pada saya? “
ko: ”begini, tadi pagi saya melihat kamu terlambat 20 menit dating ke sekolah, lalu kemarin saya juga melihat kamu terlambat dan dihukum oleh guru yang sedang berpiket“
Ki: “maafkan saya bu, saya telah mengecewakan ibu dan guru-guru yang lain “
ko: ”jika kamu terus begini kamu tidak bisa ditolelir lagi, jika boleh tau memangnya apa alasan kamu sering telat seperti itu? “
Ki: “begini, saya sering tertidur kembali setelah sholat subuh “
ko: ”mengapa kamu tidur kembali setelah sholat subuh? Bukannya mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah “
Ki: “karena saya banyak mengerjakan tugas semalaman,sehingga saya tidak bisa me managemen waktu, untuk itu saya membutuhkan orang lain untuk menyelesaikan masalah ini agar tidak mengganggu pihak lain “
ko: ”ya, di sini saya akan berusaha membantu masalah anak didik saya, tapi mengapa kamu tidak bisa me managemen waktu seperti itu?“
Ki: “karena banyaknya kegiatan dari pagi sampai sore yang saya lakukan “
ko: ”apakah hanya disekolah saja apa di luar sekolah juga kamu sering terlambat seperti ini? “
Ki: “ tidak sih, saya juga sering terlambat ketika sedang kumpul organisasi osis, oleh karena itu saya juga sering ditegur oleh tema-teman saya “
ko: ”nah berarti disini terlihat, bahwa kamu terlambat bukan hanya karena kesibukan kamu, boleh ibu tau mengapa sebenarnya terlambat? “
Ki: (diam menunduk)“ memang karena kemlasan saya juga kali ya bu “
ko: ” tidak boleh egois, kamu sebenarnya adalah murid yang berprestasi, dan saya ingin bertanya apakah kamu ingin melanjutkan sekolah di sini atau memang sudah bosan bersekolah disini? “
Ki: “ saya ingin tetap sekolah disini, karena kelak nanti saya ingin menjadi orang yang sukses “
ko: ” semoga hararpan kamu terwujud, jika kamu mempunyai harapan seperti itu maka kamu harus dengan baik me manage waktu kamu, tidak boleh bermalas-malasan untuk berangkat ke sekolah atau berkumpul dengan anggota osis kamu yang sepertinya memang kewajiban kamu “
Ki: “terimakasih atas saran ibu, saya berjanji saya tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi “
ko: ” semoga setelah ini kamu bisa berubah ya “
Ki: “ baik bu “
ko: ” kamu bisa kembali ke kelas “ (bangun dan mengantar konseli keluar)
Ki: (bangun, bersalaman) “ baik bu, terimakasih “ (berjalan keluar)
ko: ”belajar yang rajin jangan terlambat lagi “
Ki: “ iya “

B.  Foto

C.  Video (terlampir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar